Tripika Nasal diskusi Sejarah Flosofi Budaya Sengkukho dan Cik siti Tradisi Hiburan Rakyat Saat Lebaran

Kaur – Diskusi sejarah sengkukho (dalam dialeg khas bahasa nasal) dan cik siti (sesitian) yang mengalami pergeseran seiring perkembangan zaman, acara ini digelar diruang Aula Kantor Camat Nasal, Rabu (5/4/2023), diikuti oleh pengurus BMA Kabupaten Kaur, BMA kecamatan, BMA Desa Tanjung Betuah, BMA Desa Ulak Pandan, BMA Desa Gedung Menung, tokoh pemuda, karang taruna, Polsek Nasal dan Koramil.

Diskusi ini bertujuan mengembalikan kemurnian budaya yang terkikis oleh kemajuan zaman. Beberapa tahun terakhir, budaya Sengkhuo dan Cik Siti sudah hilang dari keasliannya.

“Melalui diskusi sejarah ini, kami dari kecamatan minta agar para tokoh dapat menjelaskan secara detail sejarah Sengkhuo dan Cik Siti,” ujar Camat Nasal, Erliza Feryanti.

Dalam penjelasannya, BMA kabupaten Lukman yang juga tokoh masyarakat nasal menyampaikan, sejarah Sengkukho dalam dialeg bahasa nasal sebenarnya salah satu lelucon orang tua zaman dahulu dikarenakan pada waktu dulu sangat susah itu mencari hiburan.

Pakaian yang di gunakan dalam kegiatan tersebut masih memakai daun-daunan pada masa itu. Mengingat zaman semakin canggih pakaian yang di gunakan adalah baju dari ijuk dan tikar. Kegiatan ini dilaksanakan pada malam takbiran dan sesudah sholat Idul Fitri.

Sejara Cik Siti adalah cik itu laki – laki sedangkan Siti itu perempuan. Kegiatan ini sama dengan Sengkhuo sebuah lelucon orang dahulu dikarenakan zaman dulu belum ada hiburan lain.Cik Siti digambarkan kegiatan sepasang pengantin baru dan di giring oleh teman-temannya menggunakan baju kebangsaan seperti baju petani langkap dengan alatnya, pakaian polisi, pakaian TNI dan banyak lagi pakai yang di gunakan pada saat menggiring Cik Siti.

Untuk pakaian yang di pakai waktu acara Cik Siti dulu laki – laki memakai baju jas lengkap sedangkan untuk perempuan menggunakan kebaya, jadi pakai yang di pakai pada pelaksanaan acara Cik Siti pada zaman sekarang sudah tidak sesuai dengan budaya Kecamatan Nasal.

Teradisi Sengkhuo dan Cik Siti adalah tradisi masyarakat Nasal, Gedung Menung, Tanjung Betuah dan Tanjung Baru. Asal usul orang Nasal adalah dari suku Waiharum, Mengkakau dan Komering. Nasal dua suku Siak dan suku Waiharum, asal usul nama Nasal adalah dari kata-kata Nyesal.

Diskusi sejarah Sengkhuo dan Cik Siti menyimpulkan, kegiatan Sengkhuo dan Cik Siti akan digelar sesuai dengan yang dahulu apa lagi untuk pakaian yang di gunakan. Kegiatan Sengkhuo dan Cik Siti di sebut budaya bukan acara adat. Tari dan Sengkhuo serta Cik Siti yang rencananya akan di tampilkan di event Gurita di Pantai Laguna.

Adanya penyampaian deskrsipsi/ sinopasi pada saat pelaksanaan kegiatan biar masyarakat tahu asal usul kegiatan budaya ini. Alat yang di gunakan adalah alat tradisional bukan alat modern zaman sekarang. Buku budaya Sengkhuo sudah terbit sebelum Idul Fitri 1444 H. Penggelaran budaya Sengkhuo dan Cik Siti akan digelar sesuai dengan versi aslinya. Tidak lagi mengiringi budaya baru yang tidak sejalan budaya aslinya. (Mfs)

Rekomendasi

Ruangan komen telah ditutup.