Piece in Chaos, Pameran Senirupa di Tengah Pandemi Covid-19

NUSANTARA – Pameran senirupa  virtual  dengan  tema “Peace In Chaos” adalah sebuah pameran yang terjadi sebagai dampak  global pademi Covid 19 yang melanda seluruh bangsa, tanpa kecuali  Indonesia.

Pameran senirupa yang sangat spesial, bukan hanya bagi peserta pameran dan tim pendukung pameran, namun juga karena pameran dapat terlaksana  dalam kondisi Pandemi Covid 19.

Kebijakan physical distancing, work  from home, tak menyurutkan  semangat para seniman, berikut  seluruh team mencari jalan keluar supaya pameran tetap dapat mewujudkan.

Sebuah pameran seni rupa yang telah  direncanakan semenjak akhir tahun 2019, pameran yang diikuti oleh 10 peserta ini direncanakan akan digelar  dalam ruang pamer. Namun, fakta  berkata lain, Pandemi Global Virus 19 melanda, sehingga sejak Maret  2020,  semua kegiatan tatap muka bergeser  menjadi kebijakan menjaga jarak  fisik.

Melalui beberapa kali diskusi, akhirnya  tim memutuskan  pameran tetap  dilangsungkan dalam bentuk virtual,  dengan  tema Peace In Chaos. Peace  In Chaos dimaknai sebagai sebuah  pameran yang memahami keadaan  namun tidak menyurutkan aktivitas  dan semangat di dalam kondisi  yang tidak bersahabat.

Pameran  akan  diluncurkan  pada  11  Juni 2020 dan dapat diakses melalui  media sosial YouTube,  Instragram  dan  Facebook.   Seluruh  peserta  pameran  “Peace  In  Chaos”  adalah  seniman dengan beragam disabilitas,  dari  tujuh  provinsi  di  Indonesia.  Mereka  adalah Agus Yusuf (Madiun),  Anfield  Wibowo  (Jakarta),  Bagaskara  Maharastu Pradigdaya  Irawan (Yogyakarta), Lala  Nurlala  (Bandung),  Laksmayshita Khanza  Larasati  Carita (Yogyakarta), Mochammad Yusuf  Ahda  Tisar (Lampung), Rofita  Rahayu (Yogyakarta), Wiji  Astuti  (Yogyakarta),  Winda  Karunadhita  (Bali),  Yuni  Darlena (Bengkulu).

Seluruh karya dikurasi oleh Jajang  Kawentar, seorang  seniman sekaligus  kurator  alumnus  Institut  Seni  Indonesia (ISI) Yogyakarta  dan  aktif  dalam kegiatan-kegiatan seni. Pameran  juga  melibatkan  seorang  pemusik.  Dia  adalah  Nubuat  Muhammad Maghribi,  difabel  netra  asal  Yogyakarta.  Aat,  nama  panggilannya,  lagu  yang  dia ciptakan  menjadi  back  song  pada  pameran  virtual  seni  rupa  Peace  in  Chaos.   Pameran  ini  berawal  dari  art  project  yang  sudah  berjalan  pada  beberapa bulan  sebelumnya.

Lahir dari keresahan tatanan sosial  atas dunia seni khususnya bagi  difabel  seniman. Kemudian dituangkan dalam  dialog dan diskusi konstruktif, yang  diwujudkan dalam proses berkarya.  Namun  demikian, seiring berjalannya waktu beberapa rencana harus  berubah dan menyesuaikan kondisi  yang tengah terjadi dan memunculkan  tema Peace in Chaos.

Tantangan demi tantangan dihadapi  dalam proses persiapan pameran virtual. Salah satunya teknis pameran  yang tidak biasa dilakukan oleh  peserta pameran. Sehingga setiap peserta dituntut dapat menyesuaikan  diri dengan teknis pelaksanaan  pameran, sebagai contoh aset-aset  audio dan video.

Sementara tim audio visual, juga  berjibaku membuat tayangan inklusif,  sehingga pameran dapat diakses oleh  semua penikmat seni tanpa terkecuali  difabel dengan beragam kebutuhan yang menyertai.

Bukan hanya persiapan teknis yang  membuat pameran kali ini berbeda.  Ada beberapa hal yang perlu menjadi  catatan dalam pameran Peace In Chaos. Yaitu, para  peserta tetap  menjaga asa mereka, terus berkarya, menumbuhkan semangat berbagi,  dengan menyisihkan penjualan karya  untuk membantu sesama difabel perupa lainnya.

Hal ini menunjukkan bahwa difabel  bukan hanya menjadi objek pada berbagai situasi, melainkan subjek  dengan berperan aktif serta mampu berkontribusi bagi sesama. Catatan  yang tidak kalah penting, pameran  dapat terwujud berkat sikap team  work seluruh peserta dan  team.

Kerja keras, teguh pada prinsip,  tak lelah melahirkan ide dan gagasan,  menemukan solusi atas setiap persoalan yang timbul. Dari berbagai  catatan proses yang ada, tersemat  harapan positif. Semangat mengawali  pameran hingga proses yang dilalui,  dapat terus hidup dalam diri para seniman dan seluruh team.

Selanjutnya dapat direplikasi oleh  siapa saja, di mana saja, sehingga  paska pendemi, berkarya dan  berkreasi menjadi kebutuhan bukan beban. Tidak berlebihan jika dikatakan  pameran Virtual Peace In Chaos adalah pameran senirupa yang sangat  spesial, pameran yang tetap menjaga  asa dan berdamai  dalam  kondisi  pandemi. red

Rekomendasi
Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

You cannot copy content of this page