Literasi: Kerja Untuk Keabadian

Nusantara Terkini

oleh Oky Alex S

“Orang Boleh Pandai Setinggi Langit
Tapi Selama Ia Tidak Menulis, Ia Akan Hilang Dari sejarah
Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian”
(Pramoedya Ananta Toer)

Kegiatan literasi selama ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis. Namun, Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang berkaitan dengan pengetahuan, bahasa dan budaya (UNESCO, 2003).

Keberadaan literasi dianggap merupakan suatu elemen penting dalam membangun dan membudayakan kerja-kerja pencerdasan kehidupan bangsa. Biasanya daerah yang hidup literasinya, masyarakatnya bisa kritis dan responsif terhadap hal-hal baru. Baik itu kebijakan maupun issue yang sedang berkembang.

Membaca, menulis dan berdiskusi bagi sebagian masyarakat (komunitas) memiliki kendala dan kendalanya ini perlu ditangani secara bersama-sama. Jika ada kekuatan pribadi tidak akan mampu menjebol tembok pertahanan arus informasi yang mengglobal.

Pemerintah Provinsi Bengkulu seharusnya dapat memberikan fasilitas dan ruang yang lebih bagi masyarakat dalam hal literasi. Dengan lebih banyak menyediakan fasilitas perpustakaan atau taman bacaan, taman diskusi dan event menulis. Jika pemerintah, masyarakat, sekolah, pemuda dan mahasiswa Bengkulu bersama-sama menyadari pentingnya literasi bagi kemajuan dan kecerdasan bangsa. Maka sudah pasti generasi emas akan hadir dengan sendirinya menuju Indonesia cerdas seutuhnya.

Di Bengkulu sendiri, komunitas menulis seperti komunitas “Ayo Menulis Bengkulu” yang didirikan oleh Elvi Ansori menjadi hal yang luar biasa dalam membangkitkan semangat menulis masyarakat, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Melalui event-event lomba menulis dan pembuatan buku antologi, ke depan akan melahirkan sastrawan dan penulis muda yang akan menjadi regenerasi penulis Bengkulu.

Sedangkan dalam hal minat baca bahkan dikalangan mahasiswa sendiri masih agak kurang, dikarenakan memang kultur yang dibangun masih sangat jauh tertinggal dengan budaya seperti kota-kota besar yang penuh nuansa diskursus dialektis. Akan tetapi budaya membaca dan mengoleksi buku banyak juga di kalangan tertentu yang memang mendapatkan akses untuk mendapatkan buku-buku.

Penggiat buku di Bengkulu memang tidak sebanyak rekan di Jogja ataupun di Jakarta, tapi tidak membuat kurangnya inteletual-intelektual muda karena dibeberapa organisasi masih ada yang menghidupkan budaya diskusi yang refrentif.

Penulis ke depan akan membuat pustaka bergerak di daerah Bengkulu, yaitu membawa buku dengan media kendaraan yang dimiliki. Buku-buku dibawa untuk dibaca oleh anak-anak dengan cara membentang lapak untuk dibaca bersama anak-anak setiap hari minggu.

Karena di daerah lainnya sudah ada. Bentuk kerja-kerja kerelawanan ini diharapkan dapat membangun semangat literasi dimulai dari anak-anak. Regenarasi emas yang cerdas dan lebih peka membaca persoalan realitas sosial yang ada di bangsa ini. Pustaka bergerak ini hampir ada di seluruh Indonesia dengan nama dan media kendaraan yang berbeda, seperti perahu pustaka, motor pustaka, kuda pustaka, mobil pustaka, dll.

Bagi pemuda dan mahasiswa relawan yang tertarik untuk bergabung menjadi relawan dalam rangka kerja-kerja pengabdian berbasis komunitas dalam hal literasi dapat bergabung dengan menghubungi 081579890279 atau Facebook Oky Alex S. Salam literasi.

[Penulis adalah Pendiri Pustaka Bergerak Provinsi Bengkulu]

Rekomendasi
Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

You cannot copy content of this page