Pria Makasar Ini Mampu Membuat Benda Mati Bicara

NusantaraTerkini.Com, Bengkulu Utara – Sebagian pembaca mungkin akan menggerutkan kedua alis mata saat mendengar manusia mampu membuat benda mati bicara. Dengan kemampuan dan pengalaman sosok inspiratif ini, semoga dapat memberikan pembelajaran dalam mengarungi kehidupan.

Bernama lengkap Jufri, pria kelahiran Makasar, 6 Agustus 1982. Putra pertama dari empat bersaudara dari seorang petani sekaligus penjahit, saat ini bertugas di Satuan Mapolres Bengkulu Utara dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi. Berkat prestasi yang diraih, pria yang meniti karir melalui Bintara pada Tahun 2002 dan berkesempatan mengenyam pendidikan Akpol Tahun 2005, aktif menjabat sebagai Kepala Satuan Reserse Kriminal terhitung satu tahun lalu.

“Anggapan masuk polisi bayar hingga puluhan juta itu tidak benar, buktinya saya masuk tanpa membayar, mungkin saja oknum yang lain bayar, saya tidak, bayar darimana mas, orang tua saya seorang petani yang bercocok tanam dengan menumpang di lokasi orang, kuncinya persiapkan semua, fisik, skil, dan panjatkan doamu kepada Tuhan,” sebut AKP Jufri, SIK, saat memenuhi undangan media cyber di lokasi Cafe Sawah Resto, Sabtu, 17 September 2016.

Kepada Media, suami dari Deka Asmayasari (32) ini mengatakan, semua perjalanan hidup telah diatur oleh Tuhan, dan secuil apapun yang ada di muka bumi adalah tanda-tanda kebesaranNya. “Tidak ada yang sia-sia, dalam tindak kriminal, semua adalah petunjuk, benda hidup hingga benda mati semua akan memberikan kesaksian sebagai bukti itu yang kita gali, dari benda mati itulah kami mendapatkan informasi, namun pada saat juga kesabaran kita diuji,” jelas Jufri yang mengaku telah menyelesaikan 270 dari 440 kasus dalam satu tahun terakhir.

Disisi lain, secara terang-terangan Jufri mengungkapkan, pada jabatannya saat ini dia tak menapik akan adanya godaan, suap, bahkan lobi-lobi dari rekanan.”Kalo intervensi belum pernah saya alami, tapi kalo godaan gak terhitung lagi, banyak tapi kami harus menjunjung tinggi hukum yang ada, jika tidak kami akan melanggar sumpah dan pertaruhkan jabatan saya,” beber mantan Kasat Binmas yang pernah bertugas di Kepolisian Kalimantan Timur pada Tahun 2008-2013.

Dengan nada khas Bugis Jufri melanjutkan, dirinya tetap menjaga logat dari bahasa tanah kelahirannya dimanapun berada, menurutnya ada tiga pilar dalam kehidupan orang Makasar yang melakukan perantauan.”Jaga lidah, jaga kemaluan dan jaga ujung Badik (pisau:Red), jika ketemu dengan orang Makasar saya selalu menggunakan bahasa daerah,” tegas pria yang belum dikaruniai anak ini.

Ketika ditanya tentang kebahagiaan dan arti seorang ibu dalam hidupnya, Jufri mengunkapkan, kebahagiaan adalah asa dan rasa suka cita yang di naungi dengan rasa syukur, apapun kondisi dan keadaan jika disyukuri akan mendatangkan kebahagiaan.”Kita sering cium tangan ibu dan orang tua sahabat kita, pernahkah kita lakukan terhadap ibu kita, jika tak mampu membuat ibumu menangis karena bahagia, jangan teteskan airmatanya dalam kesedihan,” kata Jufri dengan penuh penekanan.

Kerinduaan dan kecintaan terhadap tanah kelahiran dibuktikan dengan berharap untuk kembali mengabdi dan bertugas Makasar.”Jikapun diberi kesempatan, mungkin pada saatnya nanti, kami akan kembali ke Makasar. Saat pertama bertugas, mendengar kata Bengkulu, terlintas dibenak saya adalah wilayah yang masih tertinggal dari daerah lain, tapi saya yakin kedepan dengan bertahap, Bengkulu akan setara dengan Provinsi lain,” harap Jufri menutup perbincangan. (wd15)

 

Rekomendasi
Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

You cannot copy content of this page