Lahirkan Juara Asian Road Racing 2015 Jepang, Bengkulu Tak Punya Sirkuit Permanen

Bengkulu – Impian pecinta balapan roda dua dan empat untuk mempunyai sirkuit permanen bukan barang baru di Provinsi Bengkulu, berbagai upaya baik secara perorangan maupun melalui induk organisasi Ikatan Motor Indonesia (IMI) secara simultan dilakukan. Sejak era pemerintahan Agusrin Najamuddin, Junaidi Hamsyah, Ridwan Mukti dan terakhir plt Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah. Namun segala upaya ini belum menemukan titik terang bahkan kian memburam. Impian para pembalap muda Bengkulu pupus bersama usainya konstelasi politik lima tahunan.

Mendung talenta muda pembalap muda tak berhenti sampai di situ. Mereka kerap dicap sebagai pembalap liar dan mengganggu ketenangan warga saat berlatih di seputaran kampus STQ.

“Kami tidak sedang melakukan balapan liar, yang kami lakukan adalah latihan balapan, kami menggunakan baju balap, sepatu dan pengaman lengkap, bukan pula di jalan umum, yang terpenting lagi, kami tidak melakukan kegiatan taruhan atau berjudi,” terang  Hasbi Ansyori dari komunitas Cornering Lovers Bengkulu.

Masih menurut Hasbi, dirinya bersama tim melakukan kegiatan edukasi kepada generasi muda yang suka balap di jalan untuk menyadari pentingnya safety riding dan safety gear, Bukan hanya sekedar ngebut-ngebut ngga jelas.

Tidak tersedianya fasilitas balapan yang memadai, memaksa para rider memakai sarana milik pemerintah provinsi Bengkulu, yakni STQ. Mereka memilih STQ karena bukan jalan umum, jauh dari pemukiman penduduk. latihan pun dilakukan pada sore hari setelah selesai proses belajar mengajar, bila gedung serba guna STQ sedang dipakai pada hari libur, para rider menunda latihan hingga acara selesai.

Harapan para rider masih tetap sama, tersedianya sarana dan prasarana latihan berupa sirkuit permanen agar mereka dapat menyalurkan bakat yang pada ujungnya mengukir prestasi untuk provinsi Bengkulu.

Untuk diketahui, dunia balapan Bengkulu telah melahirkan banyak pembalap muda berbakat, salah satunya Ferlando Herdian atau akrab dipanggil Lando yang kerap mewakili Indonesia dan berprestasi di tingkat internasional. Tak tanggung-tanggung Lando pernah menjuarai Asian road racing championship di sirkuit Suzuka Jepang, kelas Underbone 130cc Race 2 pada tahun 2015.

Bila pemerintah kota dan provinsi Bengkulu bahu-membahu membangun sebuah sirkuit dengan fasilitas memadai, niscaya akan lahir pembalap-pembalap berprestasi dari bumi raflesia, yang akan mengharumkan nama Bengkulu di tingkat nasional dan internasional. Bila membangun sirkuit membutuhkan biaya dan waktu yang lama, setidaknya sebagai solusi jangka pendek pemerintah dapat memberikan izin sementara bagi para pembalap muda untuk berlatih di STQ. (red)

Rekomendasi
Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

You cannot copy content of this page