Kasus DBD di Asahan Meningkat Pesat

ASAHAN – Dinas Kesehatan (Dinkes) Asahan mencatat sepanjang 2019 ada 393 kasus DBD yang tersebar hampir di 25 kecamatan di Kabupaten Asahan. Namun, belum ada satu pun korban meninggal akibat DBD.

Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Asahan, Santoso mengatakan, Kasus deman berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Asahan mengalami peningkatan 60 persen dibandingkan pada tahun 2018 lalu.

“Untuk kasus DBD, hampir setiap kecamatan ada, tapi belum sampai mewabah. Dibandingkan tren tahun lalu, kali ini meningkat 60 persen. Karena perubahan cuaca. Yang meninggal ada satu, tapi karena sebelumnya mengidap komplikasi, bukan karena DBD murni,” kata Santoso, di kantornya kepada nusantaraterkini.com, Rabu (04/09).

Sementara itu, Dinkes Asahan tak otomatis melakukan penyemprotan fogging. Menurut Santoso, langkah terbaik untuk memberantas jentik Nyamuk Aedes Aegypti dengan cara membersihkan secara teratur tempat penampungan air bersih.

Sebab, fogging yang selama ini dilakukan justru hanya membunuh 70 persen nyamuk dewasa. Sedangkan jentik dan larva, tetap dapat berkembang menjadi Nyamuk Aedes Aegypti.

“Fogging hanya dilakukan apabila terjadi tindakan darurat. Cara terbaik adalah melakukan pemantuan jentik nyamuk demam berdarah,” ujarnya.

Selanjutnya Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Asahan, S Hutahaean menyebutkan fogging baru dapat dilakukan bila hasil penyelidikan epidemiologi oleh petugas, diantaranya pada suatu daerah terdapat dua warga yang positif menderita DBD dan petugas menemukan jentik di rumah yang diperiksa.

Apalagi S Hutahean menjelaskan fogging yang selama ini dilakukan di permukiman tempat tinggal warga memiliki efek negatif bagi kesehatan.

“Anak-anak yang sering terpapar asap fogging, bisa sebabkan kemandulan. Bagi orang dewasa, zat kimia dari fogging bisa sebabkan kanker. Jadi perlahan-lahan fogging ini bakal dihapuskan,” ungkapnya.

Sehingga Dinkes Asahan berencana untuk menggalakan tim Jumantik (Juru Pemantau Jentik). Masyarakat pun diminta secara bergotong royong menjaga lingkungan dengan melakukan 3M (menguras, menutup dan menimbun).

“Tahun depan kami coba di 28 desa/kelurahan akan dibuat tim jumantik. Kami usahakan satu tim jumantik di setiap desa. Maunya kepedulian masyarakat juga, cuma masyarakat kita, kalau tak diingatkan, kesadarannya kurang,” pungkasnya. (RD-A)

Rekomendasi
Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

You cannot copy content of this page